Artikel ini mengkaji beberapa karakteristik dasar dari hubungan antara
hukum nasional, hukum internasional dan politik. Dalam kaitannya dengan
politik fungsi hukum setidaknya memiliki tiga aspek dasar, yaitu sebagai
tujuan, sarana, dan kendala.
- Pertama (sebagai tujuan), politik dapat menentukan nilai-nilai dominan hukum tertentu atau lembaga sebagai tujuannya. Dalam hal ini pemahaman politik dari nilai-nilai atau lembaga menjadi hampir identik dengan pemahaman hukum otentik dari nilai yang sama atau lembaga.
- Kedua (sebagai sarana), politik dapat memahami hukum sekadar sebagai alat untuk pemenuhan kepentingan politik tertentu. Dalam hal ini politik netral dalam sikapnya terhadap hukum.
- Ketiga (sebagai kendala), politik dapat menafsirkan hukum sebagai hambatan dalam perjalanan menuju realisasi tujuan-tujuan politik tertentu. Dalam situasi ini, politik dapat saja menang atas hukum, atau sebaliknya.
Dalam politik kasus pertama, mengorbankan aturan hukum adalah salah satu
solusi. Sedangkan dalam kasus kedua otonomi hukum yang diawetkan
melalui keputusan pengadilan tertinggi atau dengan tindakan lain yang
diambil oleh negara (eksekutif, legislatif, yudikatif), pengacara,
intelektual, asosiasi, organisasi, dan masyarakat untuk menghentikan
tindakan ilegal aktor politik. Hukum dan politik membuat gambar sendiri
khusus dari realitas. Terkadang dengan deskripsi yang tumpang tindih,
politik dan hukum berada pada posisi yang kontradiktif. Akan tetapi,
seharusnya hukum tidak boleh dimasukkan dalam lingkup diferensiasi musuh
menurut kriteria murni politik. Hal ini menyebabkan pemisahan yang
tegas antara "kami" dan "milikmu", dalam ekspresi yang paling radikal,
untuk pemisahan yang ketat antara teman dan musuh. Bila yang terakhir
terjadi, politik pasti menang atas hukum, dan mengurangi atau merusak
otonomi supremasi hukum. Point ketiga inilah yang gejala dan biasnya
makin terasa akhir-akhir ini di Indonesia, terbukti dengan terus
menurunnya minat pemuda/i Indonesia seputar tema politik.
Berbeda dengan kemerosotan minat yang terjadi belakangan ini, Umar Azmar
MF (hehehehe) menganggap hal tersebut merupakan langkah keliru, karena
berefek pada pola hidup yang sepertinya justru mengarahkan pada hedonism. Tidakkah justru dengan ketimpangan yang telah terlihat nyata ini seharusnya kita "terwajibkan" untuk bergerak mencari solusinya ???,
0 komentar:
Posting Komentar