Minggu, 22 September 2013

Black Horse 2014.



Namanya, Anies Baswedan

Pertama kali saya mendengar nama beliau, adalah ketika beliau ada di dalam tim 8. Tim independen yang dibentuk untuk jadi Tim Verifikasi Fakta dan Hukum dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif yaitu Pak Bibit dan Pak Chandra. Tim 8 ini lahir setelah ada gerakan 1 juta facebookers dukung Bibit-Chandra.
Waktu dengar namanya, saya mikir “Ini siapa ya.. kok bisa masuk tim 8?”
Saya kemudian mendengar namanya ketika beliau jadi inisiator “Indonesia Mengajar”. Sebuah inisiatif luar biasa yang saya pribadi kagumi karena mampu membuat lulusan terbaik Indonesia mengabdikan diri untuk 1 tahun penuh mengajar di daerah terpelosok dan terpencil di Indonesia. (silakan google saja utk info lebih lanjut)
Beliau nampak paham sekali mengenai pemerintahan, demokrasi, bahkan politik. Beliau memberi analisa mengapa Indonesia seperti sekarang dan apa yang harus dilakukan. Saat itu saya langsung bertanya dalam hati, apa yang menghalangi beliau untuk mencalonkan diri jadi Presiden. Saya meyakinkan, kalau ada orang yang saya dukung sepenuh hati untuk jadi Presiden, adalah Anies Baswedan.
Belakangan saya mencari nama beliau di youtube dan menemukan banyak video video di mana beliau mengutarakan gagasannya. Video ini beberapa sudah cukup lama. Salah satu yang menggugah saya adalah ketika beliau memaparkan pandangan tentang keragaman, demokrasi dan kepemerintahan.

***
Hari ini, Pak Anies memastikan ikut konvensi partai demokrat dalam pencarian calon presiden untuk partai tersebut. Ucapan pertama saya “Akhirnya..”
Akhirnya, ada orang yang dengan sadar, tulus dan semangat bisa saya dukung untuk jadi Presiden. Sejak lama saya selalu bilang kepada semua orang, Demokrasi-nya Indonesia belum mampu memilih orang terbaik untuk jadi Presiden, tapi cukup efektif untuk menahan orang orang terjahat untuk jadi Presiden. Namun itu, harus berubah. Indonesia harus mampu menemukan dan memilih orang terbaik untuk jadi Presiden. Perubahan itu, harus dimulai dan nampaknya, sekarang adalah waktunya. Akhirnya. Banyak orang skeptis dan kecewa terhadap pencalonan Anies Baswedan, kebanyakan bertanya:
“Kenapa harus demokrat siiih?, ”Kenapa sekarang? Nanti aja lah 2019″  dan yang juga sering muncul ”Nggak akan menang, percuma..”
kekecewaan mereka beralasan namun saya pribadi, punya jawaban.

1. “Kenapa harus demokrat siiih??”
Untuk saat ini, menjadi Presiden tidak bisa dari jalur Independen . Secara hukum dan Undang Undang, tidak memungkinkan. Karenanya, supaya orang terbaik dan termampu bisa menjadi Presiden, maka harus lewat partai.
Pertanyaannya, partai mana lagi yang buka kesempatan untuk orang dari luar partai bisa maju jadi presiden?
Hampir semua partai sudah umumkan calonnya.
Golkar: Abu Rizal Bakrie
Hanura: Wiranto
PBB: Yusril Iha Mahendra
PKB: Rhoma Irama
Gerindra: Prabowo
PDI-P: Pilihannya jelas antara Megawati atau Jokowi. Mereka belum umumkan, bisa jadi karena Ibu Mega masih menimbang nimbang.
PKS: Merasa tidak perlu bicara soal capres karena  merasa belum yakin bisa mencapai perolehan suara 15 persen di Pemilu Legislatif 2014 (pernyataan Pak Tifatul Sembiring)
Jadi pertanyaannya, kalau kita setuju bahwa Anies Baswedan adalah orang yang tepat, musti lewat mana lagi?
Menganggap bahwa Demokrat adalah partai paling korup, sesungguhnya naif. Coba google sendiri deh. Kenyataannya, semua juga korup banget. hehehehe. Namun bedanya, partai Demokrat sedang berusaha keras memperbaiki citra demi bertahannya partai tersebut. Untuk itu, mereka ciptakan alat pencitraan mutakhir yaitu konvensi capres. Untuk mereka ini sebuah usaha pamungkas, untuk kita, ini peluang.
Bangsa Indonesia ini seperti orang baik yang dipenjara begitu lama dalam sel. Lalu suatu hari, pintu sel terbuka. Kita tidak tahu siapa yang membuka, mengapa terbuka, ada apa di luar sana. Namun karena begitu lama kita dipenjara, celah terbuka ini adalah peluang. Peluang yang akhirnya ditunggu tunggu. Peluang yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Tidak ada jaminan bahwa perjalanan ke luar akan mulus, tentu bisa diasumsikan juga akan ada jebakan. But this is a fight, worth fighting for.
Pak Anies bahkan berkata, alasan beliau setuju ikut konvensi, adalah untuk mendukung konvensi ini jadi sebuah kebiasaan politik yang dilakukan terus di masa datang. He is brilliantly, on point.
Justru usaha konvensi ini harus didukung dan dilakukan partai partai lain. Saya cukup yakin kalau rakyat merasakan manfaatnya dan sadar bahwa justru ini adalah praktek demokrasi yang benar, partai lain akan melakukan hal yang sama dan akhirnya jadi kebiasan baru dalam dunia politik Indonesia yang selama ini terbelakang.

2. “Kenapa sekarang? Nanti aja lah 2019″
Jawabannya sederhana.
Mengapa harus sekarang? Karena saya sih tidak mau Presiden Indonesia 2014 adalah orang yang punya kasus pajak dan kasus lumpur. Saya tidak mau punya Presiden yang mengaku menculik aktivis mahasiswa tanpa diperintahkan atasan, lalu dipecat secara tidak hormat dari militer, lalu sebelum sempat disidang sudah keburu pergi ke luar negri. Saya tidak mau punya Presiden mantan jendral yang pernah ikut mendirikan FPI, Saya tidak mau punya Presiden yang bulu dadanya keluar keluar dari atas kemeja.
Saya mau punya Presiden yang kalau ditanya orang “Siapa sih Anies Baswedan?” saya bisa jawab “Google aja namanya atau liat di Youtube” karena saya begitu yakin calon saya punya track record yang jelas dan bersih.
Lagipula, perhitungan RAPBN 2014 sudah mencapai Rp 1.800 TRILIUN.
Apakah anda rela uang yang harusnya dijadikan pemicu pembangunan dan kemajuan negara dipegang oleh orang yang anda tidak percaya? Apa anda mau nunggu sampai 2019 baru mau peduli dengan uang rakyat?
1.800 triliun itu besar sekali. Saking besarnya saya bahkan tidak tahu angka nol-nya ada berapa.

3. “Ambisi banget sih jadi Presiden”
Ini menarik. Karena justru beliau tidak berambisi jadi Presiden.
Ini adalah orang yang 3 bulan yang lalu masih bilang “Hanya mau mengurusi kampus”
Yang akhirnya memastikan untuk maju karena diminta oleh sahabat sahabat, orang tedekat dan orang terpercayanya.
Pak Anies suatu malam dan beliau bertanya kepada semua yang diundang “Saya diminta ikut konvensi Demokrat. Saya ingin tahu apa pendapat kalian..” dan ketika malam itu semua menginginkan beliau maju beliau mengangguk dan mohon ijin waktu untuk berpikir. Beliau sempat bilang “Saya kalau ditanya mau atau tidak, jawabannya tidak mau. Saya tidak berambisi. Tapi kalau ditanya mampu atau tidak, saya bisa bilang saat ini saya mampu”.
Maka dari kalimat itu, dipastikan yang membuat beliau memutuskan untuk maju, karena banyak orang di Indonesia yang mengharapkan beliau maju. So he did, for all of our sake. He did it for us. 

4. “Nggak akan menang, percuma..”
Ketika kita berjuang, tentu karena kita ingin menang. Tapi dalam sejarah dan prakteknya, seringkali ketika kita berjuang untuk sesuatu adalah karena sesuatu itu pantas diperjuangkan.
Dan Indonesia pantas untuk diperjuangkan.
Indonesia sangat pantas untuk diperjuangkan
Ibu ibu yang menangis karena tidak punya biaya untuk mengobati anaknya yang sakit pantas diperjuangkan
Anak anak Indonesia yang mendambakan pendidikan, ingin berseragam, ingin berwawasan, pantas diperjuangkan
Kalangan minoritas yang suaranya tidak didengar dan tidak dipedulikan karena tidak dianggap punya jumlah yang signifikan bagi politisi busuk pantas untuk diperjuangkan
Potensi Indonesia yang luar biasa dan tidak teroptimalkan karena banyak pihak yg  ingin Indonesia terus menerus jadi pasar bagi negara lain pantas diperjuangkan
Kebebasan yang bertanggung jawab di  Indonesia, pantas untuk diperjuangkan
Indonesia yang kita banggakan, yang kita idolakan yang bersinar di dunia yang punya harga diri dan bersahaja, pantas untuk diperjuangkan.
Indonesia, sangat pantas untuk diperjuangkan.
Tidakkah anda, ingin hidup di Indonesia yang lebih baik?
Tidakkah anda ingin anak anak anda hidup di negara yang lebih baik daripada yang kita tinggali sekarang?
Tidakkah anda sadar bahwa penghalang semua itu adalah politisi politisi busuk yang duduk di kursi kursi penting?
Tidakkah anda sadar, bahwa kursi itu bukan untuk mereka? Tapi untuk negarawan? Untuk seorang pemimpin bangsa? Untuk orang yang bersih?
Tidakkah anda ingin semua itu berubah? Tidakkah kita sama sama sadari bahwa untuk membersihkan rumah yang kotor, sang pembersih tidak bisa hanya berdiri di depan rumah? Tidakkah orang ini harus kita dukung dan bantu dan perjuangkan untuk mewakili kita semua untuk memperbaiki kondisi politik Indonesia yang terbelakang?
Tidakkah anda merasa muak dengan semua ini?
Tidakkah anda merasa sekarang adalah waktunya?


5. “Tapi pengalaman dia apaa? Dia ini amatir!”
Memang. Pak Anies Baswedan amatir.
Dalam hal pemerintahan yang kotor dan korup, beliau amatir.
Dalam praktek politik yang disetir oleh uang dan kepentingan, beliau amatir.
Dalam memimpin pemerintahan yang diragukan oleh rakyatnya sendiri, beliau amatir.
Hey, Bung Karno dan Bung Hatta-pun amatir. Beliau tidak tergabung dalam pemerintahan periode sebelumnya, karena tentunya belum ada.
Tapi Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, wajahnya ada di kaos kaos, ada di poster yang ditempel di tembok tembok. Padahal beliau ini adalah politisi. Namun tidak ada yang memasang foto Roy Suryo, atau Tifatul Sembiring di tembok mereka walaupun sama sama politisi. Karena rakyat tidak percaya kepada mereka.
Saatnya kita kembalikan. Saatnya kita usung negarawan.
Beliau mungkin amatir dalam hal hal di atas, tapi Pak Anies Baswedan, adalah expert dalam menggerakkan Indonesia
Pak Anies Baswedan adalah expert dalam membuat anak anak terbaik bangsa mau turun tangan.
Pak Anies Baswedan adalah expert dalam melahirkan optisme.
Pak Anies berhasil membuat lebih dari 40.200 anak muda Indonesia, lulusan terbaik, mau meninggalkan kesempatan bekerja dengan gaji tinggi, demi mendaftarkan diri menjadi pengajar di daerah terpencil Indonesia. Mengabdikan dirinya untuk bangsa. Meninggalkan uang demi mendidik anak anak Indonesia di daerah tanpa listrik, terpencil.
Coba saya tanya, ada nggak capres lain yang bisa menggerakkan anak terbaik bangsa seperti itu? Ada nggak yang mampu membuat generasi bangsa terbaik, mau turun tangan?
Mungkin tim sukses capres lain membaca tulisan ini langsung buru buru mencoba bikin inisiatif serupa supaya bisa mengaku punya track record yang sama, tapi mereka terlambat. Pak Anies sudah terbukti berkontribusi untuk bangsa sejak lama.
Yang kita butuhkan saat ini bukanlah pemimpin yang membuat rakyat berkata “Okey, silakan anda kerjakan sendiri”
Yang kita butuhkan saat ini adalah pemimpin yang bisa membuat rakyat berkata “Okey Pak Anies, saya bisa bantu apa?”
Yang kita butuhkan adalah pemimpin yang mampu menggerakkan individu individu terbaik bangsa untuk maju dan berbuat sesuatu untuk Indonesia.
Karena dengan itu, barulah Indonesia bisa bergerak maju menuju Indonesia yang kita impikan.
Pak Anies Baswedan pernah berkata, mengutip Eleanor Roosevelt.
“Lebih baik menyalakan cahaya daripada mengumpat dalam kegelapan”

Beliau benar.
Sudah lewat masanya ngedumel tentang buruknya Indonesia.
Saatnya turun tangan. Saatnya bergerak. Saatnya berjuang.
Saya mulai ini semua, dengan ikut mendukung Pak Anies Baswedan.

@panji

0 komentar:

Posting Komentar

 
;