Namanya,
Anies Baswedan
Pertama kali
saya mendengar nama beliau, adalah ketika beliau ada di dalam tim 8. Tim
independen yang dibentuk untuk jadi Tim Verifikasi Fakta dan Hukum dua
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) nonaktif yaitu Pak Bibit dan Pak
Chandra. Tim 8 ini lahir setelah ada gerakan 1 juta facebookers dukung
Bibit-Chandra.
Waktu dengar
namanya, saya mikir “Ini siapa ya.. kok bisa masuk tim 8?”
Saya
kemudian mendengar namanya ketika beliau jadi inisiator “Indonesia Mengajar”.
Sebuah inisiatif luar biasa yang saya pribadi kagumi karena mampu membuat
lulusan terbaik Indonesia mengabdikan diri untuk 1 tahun penuh mengajar di
daerah terpelosok dan terpencil di Indonesia. (silakan google saja utk info
lebih lanjut)
Beliau
nampak paham sekali mengenai pemerintahan, demokrasi, bahkan politik. Beliau
memberi analisa mengapa Indonesia seperti sekarang dan apa yang harus
dilakukan. Saat itu saya langsung bertanya dalam hati, apa yang menghalangi
beliau untuk mencalonkan diri jadi Presiden. Saya meyakinkan, kalau ada orang
yang saya dukung sepenuh hati untuk jadi Presiden, adalah Anies Baswedan.
Belakangan
saya mencari nama beliau di youtube dan menemukan banyak video video di mana
beliau mengutarakan gagasannya. Video ini beberapa sudah cukup lama. Salah satu
yang menggugah saya adalah ketika beliau memaparkan pandangan tentang
keragaman, demokrasi dan kepemerintahan.
***
Hari ini,
Pak Anies memastikan ikut konvensi partai demokrat dalam pencarian calon
presiden untuk partai tersebut. Ucapan pertama saya “Akhirnya..”
Akhirnya,
ada orang yang dengan sadar, tulus dan semangat bisa saya dukung untuk jadi
Presiden. Sejak lama
saya selalu bilang kepada semua orang, Demokrasi-nya Indonesia belum mampu
memilih orang terbaik untuk jadi Presiden, tapi cukup efektif untuk menahan
orang orang terjahat untuk jadi Presiden. Namun itu,
harus berubah. Indonesia harus mampu menemukan dan memilih orang terbaik untuk
jadi Presiden. Perubahan itu, harus dimulai dan nampaknya, sekarang adalah
waktunya. Akhirnya. Banyak orang
skeptis dan kecewa terhadap pencalonan Anies Baswedan, kebanyakan bertanya:
“Kenapa
harus demokrat siiih?, ”Kenapa sekarang? Nanti aja lah 2019″ dan
yang juga sering muncul ”Nggak akan menang, percuma..”
kekecewaan
mereka beralasan namun saya pribadi, punya jawaban.
1. “Kenapa
harus demokrat siiih??”
Untuk saat
ini, menjadi Presiden tidak bisa dari jalur Independen . Secara hukum dan
Undang Undang, tidak memungkinkan. Karenanya, supaya orang terbaik dan termampu
bisa menjadi Presiden, maka harus lewat partai.
Pertanyaannya,
partai mana lagi yang buka kesempatan untuk orang dari luar partai bisa maju
jadi presiden?
Hampir semua
partai sudah umumkan calonnya.
Golkar: Abu
Rizal Bakrie
Hanura:
Wiranto
PBB: Yusril
Iha Mahendra
PKB: Rhoma
Irama
Gerindra:
Prabowo
PDI-P: Pilihannya
jelas antara Megawati atau Jokowi. Mereka belum umumkan, bisa jadi karena Ibu
Mega masih menimbang nimbang.
PKS: Merasa
tidak perlu bicara soal capres karena merasa belum yakin bisa
mencapai perolehan suara 15 persen di Pemilu Legislatif 2014 (pernyataan Pak
Tifatul Sembiring)
Jadi
pertanyaannya, kalau kita setuju bahwa Anies Baswedan adalah orang yang tepat,
musti lewat mana lagi?
Menganggap
bahwa Demokrat adalah partai paling korup, sesungguhnya naif. Coba google
sendiri deh. Kenyataannya, semua juga korup banget. hehehehe. Namun bedanya,
partai Demokrat sedang berusaha keras memperbaiki citra demi bertahannya partai
tersebut. Untuk itu, mereka ciptakan alat pencitraan mutakhir yaitu konvensi
capres. Untuk mereka ini sebuah usaha pamungkas, untuk kita, ini peluang.
Bangsa
Indonesia ini seperti orang baik yang dipenjara begitu lama dalam sel. Lalu
suatu hari, pintu sel terbuka. Kita tidak tahu siapa yang membuka, mengapa
terbuka, ada apa di luar sana. Namun karena begitu lama kita dipenjara, celah
terbuka ini adalah peluang. Peluang yang akhirnya ditunggu tunggu. Peluang yang
harus kita manfaatkan sebaik mungkin. Tidak ada jaminan bahwa perjalanan ke
luar akan mulus, tentu bisa diasumsikan juga akan ada jebakan. But this is a fight, worth fighting for.
Pak Anies
bahkan berkata, alasan beliau setuju ikut konvensi, adalah untuk mendukung
konvensi ini jadi sebuah kebiasaan politik yang dilakukan terus di masa datang.
He is brilliantly, on point.
Justru usaha
konvensi ini harus didukung dan dilakukan partai partai lain. Saya cukup yakin
kalau rakyat merasakan manfaatnya dan sadar bahwa justru ini adalah praktek
demokrasi yang benar, partai lain akan melakukan hal yang sama dan akhirnya
jadi kebiasan baru dalam dunia politik Indonesia yang selama ini terbelakang.
2. “Kenapa
sekarang? Nanti aja lah 2019″
Jawabannya
sederhana.
Mengapa
harus sekarang? Karena saya sih tidak mau Presiden Indonesia 2014 adalah orang
yang punya kasus pajak dan kasus lumpur. Saya tidak mau punya Presiden yang
mengaku menculik aktivis mahasiswa tanpa diperintahkan atasan, lalu dipecat
secara tidak hormat dari militer, lalu sebelum sempat disidang sudah keburu
pergi ke luar negri. Saya tidak mau punya Presiden mantan jendral yang pernah
ikut mendirikan FPI, Saya tidak mau punya Presiden yang bulu dadanya keluar
keluar dari atas kemeja.
Saya mau
punya Presiden yang kalau ditanya orang “Siapa sih Anies Baswedan?” saya bisa
jawab “Google aja namanya atau liat di Youtube” karena saya begitu yakin calon
saya punya track record yang jelas dan bersih.
Lagipula,
perhitungan RAPBN 2014 sudah mencapai Rp 1.800 TRILIUN.
Apakah anda
rela uang yang harusnya dijadikan pemicu pembangunan dan kemajuan negara
dipegang oleh orang yang anda tidak percaya? Apa anda mau nunggu sampai 2019
baru mau peduli dengan uang rakyat?
1.800
triliun itu besar sekali. Saking besarnya saya bahkan tidak tahu angka nol-nya
ada berapa.
3. “Ambisi
banget sih jadi Presiden”
Ini menarik.
Karena justru beliau tidak berambisi jadi Presiden.
Ini adalah
orang yang 3 bulan yang lalu masih bilang “Hanya mau
mengurusi kampus”
Yang
akhirnya memastikan untuk maju karena diminta oleh sahabat sahabat, orang
tedekat dan orang terpercayanya.
Pak Anies
suatu malam dan beliau bertanya kepada semua yang diundang “Saya diminta ikut
konvensi Demokrat. Saya ingin tahu apa pendapat kalian..” dan ketika malam itu
semua menginginkan beliau maju beliau mengangguk dan mohon ijin waktu untuk
berpikir. Beliau sempat bilang “Saya kalau ditanya mau atau tidak, jawabannya
tidak mau. Saya tidak berambisi. Tapi kalau ditanya mampu atau tidak, saya bisa
bilang saat ini saya mampu”.
Maka dari
kalimat itu, dipastikan yang membuat beliau memutuskan untuk maju, karena
banyak orang di Indonesia yang mengharapkan beliau maju. So he did, for all of our sake. He did it for
us.
4. “Nggak
akan menang, percuma..”
Ketika kita
berjuang, tentu karena kita ingin menang. Tapi dalam sejarah dan prakteknya,
seringkali ketika kita berjuang untuk sesuatu adalah karena sesuatu itu pantas
diperjuangkan.
Dan
Indonesia pantas untuk diperjuangkan.
Indonesia
sangat pantas untuk diperjuangkan
Ibu ibu yang
menangis karena tidak punya biaya untuk mengobati anaknya yang sakit pantas
diperjuangkan
Anak anak Indonesia
yang mendambakan pendidikan, ingin berseragam, ingin berwawasan, pantas
diperjuangkan
Kalangan
minoritas yang suaranya tidak didengar dan tidak dipedulikan karena tidak
dianggap punya jumlah yang signifikan bagi politisi busuk pantas untuk diperjuangkan
Potensi
Indonesia yang luar biasa dan tidak teroptimalkan karena banyak pihak yg
ingin Indonesia terus menerus jadi pasar bagi negara lain pantas
diperjuangkan
Kebebasan
yang bertanggung jawab di Indonesia, pantas untuk diperjuangkan
Indonesia
yang kita banggakan, yang kita idolakan yang bersinar di dunia yang punya harga
diri dan bersahaja, pantas untuk diperjuangkan.
Indonesia,
sangat pantas untuk diperjuangkan.
Tidakkah
anda, ingin hidup di Indonesia yang lebih baik?
Tidakkah
anda ingin anak anak anda hidup di negara yang lebih baik daripada yang kita
tinggali sekarang?
Tidakkah
anda sadar bahwa penghalang semua itu adalah politisi politisi busuk yang duduk
di kursi kursi penting?
Tidakkah
anda sadar, bahwa kursi itu bukan untuk mereka? Tapi untuk negarawan? Untuk
seorang pemimpin bangsa? Untuk orang yang bersih?
Tidakkah
anda ingin semua itu berubah? Tidakkah kita sama sama sadari bahwa untuk
membersihkan rumah yang kotor, sang pembersih tidak bisa hanya berdiri di depan
rumah? Tidakkah orang ini harus kita dukung dan bantu dan perjuangkan untuk
mewakili kita semua untuk memperbaiki kondisi politik Indonesia yang
terbelakang?
Tidakkah
anda merasa muak dengan semua ini?
Tidakkah
anda merasa sekarang adalah waktunya?
5. “Tapi
pengalaman dia apaa? Dia ini amatir!”
Memang. Pak
Anies Baswedan amatir.
Dalam hal
pemerintahan yang kotor dan korup, beliau amatir.
Dalam
praktek politik yang disetir oleh uang dan kepentingan, beliau amatir.
Dalam
memimpin pemerintahan yang diragukan oleh rakyatnya sendiri, beliau amatir.
Hey, Bung
Karno dan Bung Hatta-pun amatir. Beliau tidak tergabung dalam pemerintahan
periode sebelumnya, karena tentunya belum ada.
Tapi Bung
Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, wajahnya ada di kaos kaos, ada di poster yang
ditempel di tembok tembok. Padahal beliau ini adalah politisi. Namun tidak ada
yang memasang foto Roy Suryo, atau Tifatul Sembiring di tembok mereka walaupun
sama sama politisi. Karena rakyat tidak percaya kepada mereka.
Saatnya kita
kembalikan. Saatnya kita usung negarawan.
Beliau
mungkin amatir dalam hal hal di atas, tapi Pak Anies Baswedan, adalah expert
dalam menggerakkan Indonesia
Pak Anies
Baswedan adalah expert dalam membuat anak anak terbaik bangsa mau turun tangan.
Pak Anies
Baswedan adalah expert dalam melahirkan optisme.
Pak Anies
berhasil membuat lebih dari 40.200 anak muda Indonesia, lulusan terbaik,
mau meninggalkan kesempatan bekerja dengan gaji tinggi, demi mendaftarkan diri
menjadi pengajar di daerah terpencil Indonesia. Mengabdikan dirinya untuk
bangsa. Meninggalkan uang demi mendidik anak anak Indonesia di daerah tanpa
listrik, terpencil.
Coba saya
tanya, ada nggak capres lain yang bisa menggerakkan anak terbaik bangsa seperti
itu? Ada nggak yang mampu membuat generasi bangsa terbaik, mau turun tangan?
Mungkin tim
sukses capres lain membaca tulisan ini langsung buru buru mencoba bikin
inisiatif serupa supaya bisa mengaku punya track record yang sama, tapi mereka
terlambat. Pak Anies sudah terbukti berkontribusi untuk bangsa sejak lama.
Yang kita butuhkan
saat ini bukanlah pemimpin yang membuat rakyat berkata “Okey, silakan anda
kerjakan sendiri”
Yang kita
butuhkan saat ini adalah pemimpin yang bisa membuat rakyat berkata “Okey Pak
Anies, saya bisa bantu apa?”
Yang kita
butuhkan adalah pemimpin yang mampu menggerakkan individu individu terbaik
bangsa untuk maju dan berbuat sesuatu untuk Indonesia.
Karena
dengan itu, barulah Indonesia bisa bergerak maju menuju Indonesia yang kita
impikan.
Pak Anies
Baswedan pernah berkata, mengutip Eleanor Roosevelt.
“Lebih baik
menyalakan cahaya daripada mengumpat dalam kegelapan”
Beliau
benar.
Sudah lewat
masanya ngedumel tentang buruknya Indonesia.
Saatnya
turun tangan. Saatnya bergerak. Saatnya berjuang.
Saya mulai
ini semua, dengan ikut mendukung Pak Anies Baswedan.
@panji
0 komentar:
Posting Komentar