Sabtu, 01 Desember 2012

Dont Dreams It's Over Indonesia !

Tetaplah bediri teguh.
Kita bersedih, langkah timnas senior terhenti di kaki Malaysia. Kalah 0-2 di laga pamungkas babak penyisihan Grup B Piala AFF 2012, Sabtu (1/12), mimpi untuk menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara kembali terbukur. Stadion Nasional Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Malaysia, kembali menggoreskan sejarah menyakitkan bagi kita. Dua tahun silam, di partai final (leg pertama) Piala AFF, di tempat itu Indonesia tersungkur 0-3.
Anak-anak asuh Nil Maizar sebenarnya tampil ciamik, bahkan pada menit-menit awal. Boleh dibilang, Irfan Bachdim dan kawan-kawan lebih mendominasi. Kendati tertinggal 0-2 lewat gol Mohd Azamuddin Md Akil pada menit ke-26 dan gol  Mahali Jasuli tiga menit berselang, permainan skuad “Merah Putih” sama sekali tak melempem. Sebaliknya, teror demi teror acapkali dihadirkan di jantung pertahanan tuan rumah. Akan tetapi, gol yang diharapkan tak jua tercipta.


Indonesia sebenarnya hanya butuh hasil seri guna melanggeng ke babak selanjutnya. Dibandingkan Malaysia, Indonesia lebih berpeluang. Tim racikan Nil mengepak empat poin hasil dua laga, sekali seri dan sekali menang. Sementara, Malaysia, mengepak tiga angka. Menang dari Laos, namun kalah dari Singapura pada laga pertama.
Meski hanya butuh draw, Nil tetap menargetkan kemenangan. “Ini demi harga diri bangsa,” kata Nil. Setiap ketemu Malaysia, tenaga dan pikiran memang terkuras. Soalnya, sudah terplot di otak, boleh kalah dari negara mana saja, asalkan jangan dengan Malaysia. Ini tak hanya terpatri di kepala dan hati pelatih serta pemain, tapi juga rakyat Indonesia. Maklum, belakangan,  hubungan kedua negara tak kondusif.

Kita kalah dan bagaimana kita harus bersikap? Secara pribadi saya tetap acungkan jempol buat Nil berikut pasukannya, walau saya tak menampik betapa kecewa dan masygulnya hati ini. Biar bagaimana pun, semua pemain, tanpa terkecuali, telah memberikan yang terapik buat bangsa dan negara. Kalau pun kini terhempas, anggaplah bahwa kegagalan merupakan sukses yang tertunda. Klise memang, tapi kita harus tetap berjiwa besar.
Siapa yang harus disalahkan? “Jangan salahkan siapa-siapa. Ini tanggungjawab saya,” kata Nil.
Nil sedang tak menghibur diri, tentu saja. Sebagai pelatih, Nil tak ingin orang-orang menyalahkan pemainnya. Dan ini bukan kali pertama Nil melakukan itu. Sejak didapuk jadi pelatih timnas, Nil menjadikan dirinya sebagai “tameng” bagi pemain-pemainnya. “Anak-anak sudah bermain sekuat tenaga. Mereka bertarung sampai menit-menit terakhir. Tapi inilah sepak bola,” ujar Nil.
Yup! Inilah sepak bola, di mana kalah atawa menang sesuatu yang lumrah. Pertarungan di Grup B menghadirkan kejutan-kejutan di luar prediksi. Singapura mengalahkan Malaysia 3-0. Singapura sendiri menyerah 0-1 dari Indonesia. Ini sejarah, sebab hampir 15 tahun Indonesia tak pernah mengalahkan tim berjuluk The Lions. Laos sendiri memaksa Indonesia bermain imbang 2-2. Sebuah hasil akhir yang mengecewakan, mengingat Laos tak pernah menang setiap bertemu tim “Merah Putih”.

Terima kasih, Nil Maizar. Terima kasih Bambang Pamungkas, Andik Vermansyah, Raphael Maitimo, Wahyu Tri Nugroho, Wahyu Wijiastanto, Vendry Mofu, Oktovianus Maniani, Irfan Bachdim, juga seluruh pemain. Biar bagaimana pun, kalian telah berbuat yang terbaik bagi bangsa ini. Tak sejengkal pun langkah ini mundur, menarik diri dari dukungan terhadap timnas. Garuda tetap di dada, Merah Putih tetap di hati, Indonesia Raya tetap di otak.
Lupakan Kuala Lumpur, lupakan kekalahan itu. Waktu terus bergerak, merangsek ke depan. Masih banyak agenda yang harus dihadapi. Mari berbenah, mari bergegas, berdiri tegak, karena kita adalah bangsa yang besar dengan mimpi-mimpi yang besar pula. “Janganlah engkau takut bermimpi besar. Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Itu kata Bung Karno, Bapak Bangsa, berpuluh-puluh tahun silam.
Indonesia boleh tersingkir di ajang Piala AFF tahun ini, tapi kecintaan terhadap timnas tetap selamanya. Tak tergerus waktu, tak luntur walau perseteruan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) – Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) tak jua surut. Ini tentang bangsa, bukan tentang PSSI atau KPSI.
Akhir kalam, sekali lagi, buat Coach Nil dan seluruh pemain, saya ucapkan terima kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;